Pada awalnya dulu, RT 05 masih tergabung dengan RT 03 yang dikomandani pak Ashari. Dengan dihadiri warga RT 03 pada waktu itu, dan disaksikan pak Dulloh (Ketua RW 02) pak Haji Mahardi sebagai sesepuh dan Pak Taufik (Kades Cilebut Timur) serta beberapa undangan dari RW tetangga, pada tahun 2004 RT 03 dimekarkan menjadi 3 RT, yaitu RT 03, RT 04 dan RT 05. Sayangnya tidak lama setelah itu RT 01 memisahkan diri dari RW 02 untuk bergabung dengan RW 01. Maaf saya tidak tahu alasannya kenapa terjadi demikian. Yang jelas ini bisa jadi PR bagi ketua RW yang akan datang.
Untuk wilayah RT 03 yang dipecah menjadi RT 05 kalau tidak salah saat itu dihadiri oleh 11 warga. Mungkin bisa dicek bila daftar hadirnya masih ada. Dan pada saat itu juga langsung dipilih ketua RT untuk masing-masing RT pemekaran tersebut. Dan uniknya, karena pada saat itu boomingnya model dukungan lewat SMS, dari 11 orang itu ramai-ramai kirim SMS ke Pak Budi (BE 09). Intinya seluruh warga yang hadir sepakat untuk mengangkat Bapak Iwan Budiono sebagai ketua RT 05 yang pertama. Pak Budi yang saat itu memang tidak hadir langsung menelpon pak Ashari. Tidak tahu apa yang dibicarakan, dengan sedikit negosiasi pak Budi bersedia.
Dengan dukungan pak Ishak, Pak Moko, dan pak Eko terbentuklah pengurus RT sebagai pembabad alas RT 05 yang pada akhirnya nanti bisa dikatakan cukup solid.
Saya sedang mencoba menghimpun bukti-bukti sejarah yang ada. Untuk dapat didokumentasikan dan pada saatnya nanti bisa dikenang sebagai cerita anak cucu. Siapa yang bisa membantu, silakan lanjutkan tulisan ini.
4 komentar:
Betul pak. Karena RT 5 waktu itu jumlah penghuninya masih dikit maka pemilihan ketua RT untuk yang pertama kali dilakukan dengan cara penunjukkan, berbeda dengan RT 3 dan 4. Karena kebetulan Pak Budi waktu itu tidak hadir, atas inisiatif Pak Moko, beliau yang ditunjuk. Kebetulan juga Pak Budi bersedia. Gitu pak.
memang pak Moko itu arsitek politik di rt 05 ya pak. He he he he. Bagaimana kalo pemilihan RW nanti kita jagokan beliau saja ya. Paling tidak jadi testemoni berapa si yang ndukung. He he he
pembentukan rt kita dulu, adalah melalui parlemen jalanan karena memang rapatnya di tengah jalan, berdiri pula. aktivis2 revolusi dadakan yg hadir ternyata modal omong doang ketika ditanya kesanggupan jadi pemimpin mental semua, berkelit ngalor ngidul laksana cacing kepanasan (termasuk penulis). ada yg menggunakan waktu buat pembenaran, sibuklah. ada yg merasa blon cukup umur, yg tua aja lah. bahkan ada yg karena gak boleh ama majikan di rumah, takut jatah berkurang..
akhirnya untuk mencegah dead lock akibat kebuntuan politik tsb terpaksa ditunjuk secara person in absentia karena hanya korban tsb yg tidak (bisa) menggunakan hak menolaknya untuk menyatakan tidak. dan korbannya adalah pak budi..
semua sepakat.
suara bulat.
tanpa dibuat-buat.
dan langsung dikirim sms ke korban yg isinya bukan konfirmasi kesediaan beliau tapi ucapan selamat atas terpilihnya beliau, sebagai ketua rt.
setelah ketua selesai terpilih maka personil yg lain lancar terisi. sebagai bentuk rasa tanggung jawab, penulis ngacung telunjuk sebagai sekjen karena motor kebijakan harus berjalan dan melalui pak budi lah saya mengatur rt 5, he..he... hal positifnya adalah pembelajaran berorganisasi banyak kita berikan kepada pak budi. dari gak berani bicara, gemeter, muncul keringat dingin, dll di forum rapat karena gak tau harus ngomong apa sampai diakhir jabatan beliau sudah bisa memimpin rapat. lancar pulak....
kepengurusan awal tsb berhenti karena pak budi minggat meninggalkan cilebut krn alasan prospek bisnis. rasa solidaritas membuat pengurus yg laen meletakkan jabatannya dengan meninggalkan janji2 sorga kepada pengurus yg baru...
itulah zaman khalifah budi bin tasd ankon feksi..
mengenai konsfirasi rt sebelah kita bahas besok.
cheers.
Pak Moko, tulisan yang panjang ini sayang kalau ditempatkan sebagai komentar. Bagusnya langsung diposting saja. Toh semua warga yang mengetahui sejarahnya boleh meneruskan tulisan saya tersebut. Dan kemungkinan referensi ada pada pak Yayan, karena saya sudah tanyak pak Ashari dan Pak Slamet beliau-beliau tidak punya katanya.
Ya silakan di follow up.
Posting Komentar